Kapan Bahagia?

Pernah ga sih waktu kecil punya cita-cita mau jadi power ranger? Atau yang cewek mungkin pengen jadi princess? Mungkin dulu hidup kita sesimple itu ya. Tapi, seiring bertambahnya waktu cita-cita makin bertambah, mimpi juga berubah.

Dulu mungkin pernah terbesit waktu masih sekolah, kayaknya enak banget deh kalau misal kuliah, bisa bebas banyak explore dan lain-lain. Setelah lulus lanjut kuliah, ternyata dihantui banyak hal yang harus dipelajari, tugas numpuk, belum lagi ketemu dengan skripsi yang menjadi “momok” bagi sebagian orang.

Kita terus mengeluhkan hari-hari kuliah, berharap segera lulus dan punya pekerjaan terus menemukan kebahagiaan. Saat lulus, ternyata banyak perusahaan yang menolak dan kebahagiaan itu tak kunjung datang. Setelah dapat pekerjaan apa langsung bahagia? ternyata tidak, masih banyak hal yang dikeluhkan. Pekerjaan mulai menumpuk, mulai menemukan kebosanan dan berharap kebahagian setelah menikah.

Ketika menikah ternyata hidup juga tidak menjadi semakin mudah, tanggungjawab juga makin bertambah. Hidup mulai galau dan gelisah karena tak kunjung memiliki anak. Ketika telah memiliki anak, apa langsung bahagia? ternyata tidak juga.

Hingga pada satu titik tersadar, Kapan sih bisa bahagia?”

Ada satu pesan yang saya ingat, hidup ini bagaikan naik gunung. Buat mendaki sebuah gunung butuh persiapan dan tenaga yang tidak sedikit. Tapi ketika kita sampai puncak, seberapa lama sih kita bisa menikmati puncak tersebut? Mungkin butuh waktu 12 jam untuk mendaki, tetapi di puncak hanya 1 jam saja. Apabila kita ga menikmati proses mendaki itu, maka mungkin kita tidak akan pernah merasakan apa itu bahagia.

Ketika sejenak menengok ke belakang, ternyata banyak fase yang telah kita lewati dan perlu untuk disyukuri. Terkadang kita lupa bahwa tujuan utama dalam mengerjakan sesuatu adalah untuk ibadah, maka libatkanlah Allah dalam setiap prosesnya. Fokuskan pada prosesnya dengan balutan do’a dan harapan hanya kepada Allah SWT. Jangan-jangan kita lupa bahagia karena mengejar kenikmatan dunia yang semu, jadi solusinya balik lagi kepada Sang Maha Pemberi Hidup.

Mencari tentang arti dan makna kehidupan
Melangkah dengan hati dan jiwa penuh tanya

Dari mana?

Untuk apa?

Dan akan kemana?

Hidup Kita

Di atas merupakan potongan pendek lirik “Makna Bahagia” yang mungkin bisa kita renungkan untuk mendefinisikan kebahagiaan menurut Allah bukan lagi dengan “standar manusia”

Loading

Leave a Reply