Apa yang kita khawatirkan?

Kebosanan, kelesuan, malas, kapan saja bisa menghampiri. Jangankan untuk semangat, sekadar berbuat normal aja sulit. Mungkin bisa disebut masa crisis, insecurities atau apapun itu. Ada keadaan dimana berhenti berharap, menerima kenyataan apa adanya, merasa menjadi manusia terburuk atau hilang jiwanya tanpa idealisme.

Kata sang bijak, dunia kita seperti layaknya air yang harus disebrangi, panjang, jauh, lama. Tapi akan aman selama masih di atas air. Tapi terkadang kita tergoda untuk menyelam ke bawahnya, tergoda akan pesona keindahan bawah air. Padahal tempat kita bukan disana, baik di atas atau di bawah air.

Apa yang kita khawatirkan? Harta? Popularitas? Pasangan? Makan buat besok? Atau diri kita sendiri? Masih dunia? Maka wajar saja akan datang masa kehampaan itu menghampiri.

“Kualitas seseorang itu dapat dinilai dari apa yang ia khawatirkan saat ini.”

Ust Budi Ashari

Kita memang tak pernah selesai diajari Allah, seringkali pengajaran itu memerlukan waktu, sebab tak semua kita belajar dengan cepat. Buah dari belajar itu adalah sabar dan syukur, yang pada akhirnya akan menjadikan kita pemaaf dan bijaksana.

Meski begitu, kita hanya manusia, yang selalu berdoa, agar Allah tak menimpakan pada kita beban yang terlalu berat kita pikul. Atau berdoa, semoga Allah kuatkan pundak kita, untuk bisa mengambil beban apapun yang harus kita pikul.

Loading

Leave a Reply