Refleksi dari “Menyerah untuk Menyerah”

Judul ini saya buat, terinspirasi dari video yang saya tonton belum lama ini. Pekan kemarin, saya berkesempatan untuk pulang, menunaikan hak untuk pemilu 2024 di kampung. Sepanjang perjalanan di kereta, diiringi dengan mendengarkan podcast & stand up comedy. Banyak materi yang membuat saya ga tahan, akhirnya ketawa sendiri. Mulai perjalanan sampai dari pasar senen, headset sudah terpasang, hingga sampailah saya di Stasiun Brebes. Saya ingat betul, di stasiun tersebut saya mulai meneteskan air mata.

Setelah mendengar beberapa video, autoplay YouTube saya secara otomatis memutar video yang berjudul “MENYERAH UNTUK MENYERAH”. Video tersebut berisi epilog yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono dalam salah satu Stand up Tour nya. Video yang sudah ditonton ratusan ribu orang tersebut sangat menginspirasi bagi saya, sehingga perlu saya tulis untuk mengingatkan diri saya pribadi ketika mengalami hal yang sama.

Pandji membagikan pengalaman pribadi yang mengajarkan pentingnya tidak menyerah dalam menghadapi kegagalan. Kisah dimulai pada tahun 2000, dimana dia dipercaya untuk mengelola sebuah acara pasar seni. Pandji sendiri merupakan lulusan ITB dari Fakultas Seni Rupa dan Desain yang memang setiap tahun mengadakan acara tersebut, dia ditunjuk untuk jadi penanggung jawab dari Studio Desain Produk.

Konsep acara yang dikembangkan bertema time capsule, tujuannya adalah mengajak penonton ke masa depan. Pengunjung akan dibawa masuk ke ruangan dengan tema “masa depan yang baik” dan “masa depan yang buruk”. Masa depan baik berisi tentang alat canggih, futuristik dan lain-lain, sedangkan masa depan yang buruk berisi tentang kegagalan manusia mengelola bumi, sampah, polusi dan sejenisnya. Namun, Pandji mengaku karena kecerobohannya dan punya sifat ga enakan, persiapan acaranya gagal. Apa yang sudah dikonsepkan gagal total, H-1 sebelum acara gedungnya masih kosong, alat canggih dan futuristik yang coba mau dipamerkan sama sekali gagal.

Pandji merasa sangat frustasi memandang ruangan yang kosong dan ingin menyerah. Di ruangan besar tersebut, saking stressnya dia pingsan. Setelah pagi dia tersadar, betapa malunya karena dia merasa gagal menjadi pemimpin yang baik. Ketika dia mau meminta maaf kepada panitia lain, dia melihat panjangnya antrean yang ingin berkunjung ke dom yang mereka buat. Saat itu juga, adiknya sedang membantu untuk sebar flyer yang berisi acara tersebut. Pandji tersadar bahwa, dia sendirilah sebagai panitia yang merasa gagal, pengunjung sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bangun dan mereka siapkan.

Dalam momen putus asa itu, Pandji memutuskan untuk tidak menyerah. Bersama dengan teman-temannya, ia mengubah kegagalan menjadi kesempatan. Mereka menciptakan sebuah pengalaman yang unik untuk para pengunjung, dengan menantang mereka untuk memasuki “masa depan” yang tidak terduga. Gedung yang kosong tadi disulap menjadi “masa depan yang belum ditentukan” sedangkan pada bagian selanjutnya, orang yang masuk akan melihat masa depan buruk mereka, jika mereka tidak menyiapkan masa depan dengan baik. Melalui permainan dan pesan-pesan menyentuh, Pandji berhasil mengubah kegagalan menjadi keberhasilan yang menginspirasi ribuan orang.

Bahkan ketika kita sudah menyerah pada diri kita, Tuhan tidak menyerah pada kita.

Pandji Pragiwaksono

Pesan utama yang saya ambil dari kisah ini adalah pentingnya bertahan dan tidak menyerah, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Kita harus ingat bahwa Tuhan tidak pernah menyerah pada kita, dan kita juga tidak boleh menyerah pada diri sendiri. Dengan berbagi cerita ini, saya berharap dapat menginspirasi kita semua untuk tetap bertahan dan tidak menyerah, bahkan ketika segalanya terasa sulit. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar. Saya yakin, jika kita memiliki tekad dan keberanian untuk terus maju, kita pasti akan mencapai impian kita.

Video lengkapnya, silahkan dapat ditonton di bawah ini.

Leave a Reply