Kenapa judulnya gitu ya? aneh banget wkwk
Iya, sebenarnya tulisan kali ini saya mau coba menceritakan seleksi masuk UI 2020. Mungkin dari pengalaman terebut, nanti bisa diambil pelajaran. Bulan februari tes SIMAK UI dibuka untuk program pasca sarjana, profesi dan doktor. Saya berkali-kali disuruh oleh dosen untuk daftar tes tersebut, hanya saja masih belum terlalu yakin apakah bisa.
Memang keinginan untuk langsung kuliah S2 sudah ada sejak dinyatakan lulus S1. Waktu lulus di bulan januari 2019, saya langsung pasang target untuk mengikuti tes di bulan juni 2019. Tapi, waktu itu masih merasa belum siap. Masih banyak hal juga yang perlu di eksplore, terutama untuk membantu penelitian dan persiapan mengikuti konferensi.
Proses Seleksi SIMAK UI
Akhirnya, setelah beberapa kali meyakinkan diri dengan Solat Istikharah dan mencari banyak informasi, saya beranikan diri untuk mendaftar SIMAK UI 2020 di gelombang pertama. Saya memilih prodi yang memang saya inginkan sejak dulu, Ilmu Komputer. Biaya untuk mengikuti SIMAK UI cukup besar dibanding dengan tes di universitas lainnya, jadi jika tidak dipersiapkan dengan matang sangat disayangkan juga. Tetapi waktu itu, niat saya mengikuti tes tersebut hanya untuk belajar. Saya ingin tahu, proses seleksi nya seperti apa. Mungkin kita bisa belajar dengan mengikuti bimbel, hanya saja biayanya lumayan besar.
Setelah mendaftar, saya mencari beberapa referensi soal untuk SIMAK UI, dari website resminya kita bisa dapat soal untuk tahun 2015. Hanya saja dari tahun tersebut ada beberapa soal yang berubah, katanya. Saya menggunakan buku penunjang OTO Bappenas untuk belajar tes TPA, dan buku TOEFL untuk bahasa Inggris dengan status meminjam, hehe.
Akhirnya, tanggal 15 Maret 2020 tiba untuk pelaksanaan tes SIMAK UI. Ditengah wabah COVID-19, sampai UI ternyata tes nya ada tambahan, yaitu tes suhu badan, wkwk. Ga lucu juga kan, udah belajar eh sampai sana demam dan dipulangkan. Jadwalnya akhirnya mundur sekitar 1 jam, karena mengondisikan peserta sebelum memasuki ruangan.
Oh iya, ketika di sana, banyak bertemu dan ngobrol dengan peserta lain. Mereka bercerita kalau mengikuti bimbel, jadwal belajar nya, sampai pagi di jalan pun masih baca buku. Duh, apa kabar dengan saya? yang belajar nya pas-pasan dan ga terlalu optimis ikut tersebut. Tapi balik lagi, karena niat saya belajar, ya yang penting ikuti sebaik mungkin.
Ujian tersebut, mungkin ujian ter ketat yang pernah saya ikuti selama ini. Benar-benar tidak ada yang boleh dibawa ke meja selain kartu ujian dan alat tulis. Jika membawa Aksesoris, bahkan kotak pensil saja tidak diperbolehkan. Pengawasan nya juga sangat ketat, tidak mengikuti aturan bisa dianggap gagal. Saat ujian saya baru tahu, jika pelaksanaannya dibuat per section. Misalnya, ujian TPA ada beberapa bagian, pertama mengerjakan soal tentang Verbal yang hanya diberi waktu 30 menit kalau tidak salah. Nah, ketika waktu 30 menit tersebut selesai, maka harus mengerjakan bagian lain. Bagian verbal tidak boleh dikerjakan lagi dan harus ditutup. Waktu itu saya memilih paper test, mungkin untuk tes dengan komputer konsep nya sama seperti itu. Tes TPA mensyaratkan untuk menjawab benar dengan poin 4, salah -1 dan tidak menjawab akan mendapat 0, maka jika tidak yakin benar lebih baik tidak dijawab. Tetapi untuk tes bahasa inggris tidak ada pengurangan nilai. Soal bahasa inggris menurut saya amat sangat susah, banyak kata yang jarang saya dengar, selain itu bacaannya panjang, jujur aja bikin ngantuk hehe. Kita juga harus teliti dengan hal teknis, misalnya jangan sampai salah saat memasukkan kode soal karena nanti akan berpasangan antar soal dan lembar jawaban yang berbeda dengan peserta yang lainnya.
Pengumuman SIMAK UI
Tanggal 15 April 2020 tepat pukul 13.00 pengumuman seleksi dibuka, saya waktu itu benar-benar lupa karena ada beberapa pekerjaan dari pagi. Waktu itu ada yang mengingatkan untuk segera membuka hasil pengumuman. Alhamdulillah, ternyata hal yang tak terduga bahwa saya lolos SIMAK UI. Padahal niat awalnya hanya untuk belajar, agar lebih siap saat mengikuti ujian di bulan juni. Waktu ujian saya benar-benar tidak terlalu berharap tinggi dengan kemampuan saya, tapi ternyata Allah berkata lain. Jalankan saja prosesnya sebaik mungkin, untuk hasilnya serahkan saja pada Allah Yang Maha Tahu segalanya untuk kita.
Setelah lolos ini proses belum berhenti, saya masih harus mendaftar dan mencari beasiswa. Terima kasih semua yang telah membantu dan mendoakan saya, semoga proses ke depannya dipermudah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’aala.