Catatan: Sandwich Generation, What to do?

Saya akan sharing sedikit catatan saya dari hasil mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh Yaumi Indonesia dengan pematerinya yaitu Kaukabus Syarqiyah, SE, MSE, CFP. Materi yang disampaikan berupa financial planning bagi para sandwich generation, nah kacamata yang diambil juga sedikit menarik, yaitu dari sisi muslim.

Kenapa harus belajar Financial Planning?

Perencanaan Keuangan adalah suatu langkah-langkah menyeluruh untuk mencapai tujuan keuangan. Konsep syariah berarti mencakup : ZISWAF, Waris dan lain-lain. Financial Planning ini muncul dari berbagai masalah yang timbul salah satunya ya munculnya sandwich generation itu. Makanya, dengan financial planning yang baik diharapkan akan memutus rantai sandwich generation tersebut.

Sebagai seorang muslim, kita harus semaksimal mungkin untuk menjadi muslim yang ideal, salah satu indikatornya ya “well organized” termasuk dalam hal finansial. Nah, cuma dalam ilmu financial planning ada beberapa indikator bahwa kita dikatakan udah sejahtera, mungkin di tulisan berikutnya ya kita bahas. Lalu apa  sih yang paling susah buat financial planning? Ya kalo gaada finansialnya lah, apa yang mau diplanning hehehehe bercanda…

Lalu, Apa itu “Sandwich Generation”?

Sejak awal kita telah membicarakan generasi sandwich, artinya bukan generasi yang suka makan sandwich yaa…  Mungkin sebagian udah paham ya, kenapa disebut sandwich ya karena mirip roti lapis. Generasi yang terjepit untuk menganggung beban keluarga sendiri (pasangan dan anaknya) juga menganggung penuh kebutuhan orang tua. Banyak generasi milenial saat ini mengalami hal tersebut, terutama pasangan muda yang mungkin baru menikah karena range umurnya dari 20 tahunan hingga umur 50 tahun. Generasi tersebut dianggap rentan dengan tekanan dan mudah stres dengan beban yang ditanggungnya. Banyak solusi yang ditawarkan oleh sejumlah pakar, mulai dari perencanaan pengelolaan keuangan yang lebih baik dan disiplin hingga menambah penghasilan dari usaha-usaha sampingan.

Apa definisi “Wealthy” ?

Kesejahteraan, setiap orang pasti memiliki indikator yang berbeda-beda. Saya jadi ingat dulu pernah nonton sebuah film yang berjudul “Cita-citaku setinggi tanah”. Film tersebut bercerita seorang anak yang punya cita-cita ingin makan di restoran padang. Mungkin bagi kita ha tersebut sangatlah remeh, tapi berbeda dengan anak tersebut. Sama halnya dengan kesejahteraan dan kecukupan, masing-masing dari kita pasti mempunyai definisi sendiri, ada yang merasa punya satu mobil sudah cukup, ada yang punya motor saja sudah cukup, tetapi ada yang sudah dikasih 3 mobil juga masih merasa kurang.

Sifat alamiah manusia mau dikasih sebanyak apa pun pasti minta lebih. Bahkan nabi kita pernah mention, jika manusia dikasih satu gunung emas, pasti minta lagi dan seterusnya. Kecukupan, itulah kunci kita dalam menilai kesejahteraan, selalu bersyukur dan merasa cukup atau bersifat zuhud. Tapi zuhud itu bukan berarti kita menerima apa adanya, hidup serba kekurangan, baju compang-camping, bukan…bukan yang seperti itu. Sekali lagi, niatkan apa yang kita punya untuk ibadah, mencari harta bukan berarti kita cinta dunia. Beberapa contohnya untuk pergi haji, umroh, berkurban, bersedekah tentu saja membutuhkan harta untuk bekalnya.

Gunakan Kacamata Iman

Karena dari awal kita udah mention dari segi islam dan sebagai muslim, maka hal utama yang perlu kita gunakan yaitu IMAN. Menurut Kak Kaukabus adalah sebagai berikut …..

1. Pahami konsep Rezeki

Serius, kalo udah paham apa itu Rezeki? Buat apa itu rezeki? Cara jemputnya bagaimana? Pasti enak banget hidup ini, tenang. Pertama, rezeki itu udah dijamin oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan sebelum dunia ini ada, apapun yang terjadi di bumi ini udah dicatat 50.000 tahun sebelumnya. Terus ngapain kita kerja? Ya manusia kan emang ditugasin buat ikhtiar, lagian jempur rezeki kan salah satu bagian dari ibadah. Oh iya, kita ga tau sebesar apa rezeki yang disiapkan oleh Allah untuk kita yang perlu kita jemput perlu kita cari dengan cara yang halal lagi baik. Rezeki bentuknya bukan Cuma uang atau harta ya, bisa jadi lingkungan yang baik, teman yang sholeh, kemudahan dalam beribadah dan lain-lain. Ada yang lebih tinggi dari sekadar kuantitas harta, yaitu keberkahan.

Rezeki kan udah dijamin ya, kalo ongkang-ongkang kaki boleh ga? Ya boleh aja, tetapi sekali lagi wilayah manusia adalah ikhtiar. Kata Ustadz Nuzul Dzikri rezeki itu bukan masalah banting-membanting tulang, tapi masalah taqwa. Nabi juga mention kok, kalo nyari rezeki kayak burung yang berangkat di pagi hari dan pulang di sore hari dalam keadaan perut kenyang dan membawa bekal untuk anak-anaknya.

Lalu kenapa orang yang ga ibadah kok malah kaya raya ya? Ya kan balik lagi, indikator kita disayang Allah bukan dari hartanya tapi taqwa, bahkan beberapa kali dunia itu “dihinakan” oleh Allah, diumpamakan seperti sebelah sayap nyamuk, bangkai kambing yang cacat, dan senda gurau belaka. Emang berapa lama sih kita hidup di dunia? Kata Ustadz Adi Hidayat “Kita Rasul bukan, sahabat bukan, hisab meneganggkan, amalan berantakan, maksiat tetep jalan, kok bisa-bisanya mikirin dunia doang?”

2. Mengurus Orang Tua adalah ibadah yang tinggi derajatnya

Banyak banget narasi yang seolah membenarkan bahwa penyebab generasi sandwich ini adalah orang tua. Orang tua dianggap sebagai beban, tidak bertanggungjawab, dan tidak mampu mengatur finansialnya dengan baik. Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah.

Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.”

(HR. Bukhari)

Orang tua sampai kapan pun jasanya tidak akan bisa kitab alas. Bahkan mengurus orang tua disandingkan dengan ibadah jihad, yang merupakan ibadah tertinggi dalam islam. Orang tua selama masih hidup merupakan sumber keberkahan bagi kita, beliau merupakan jalan surga yang paling dekat bagi kita. Apalagi bagi seorang laki-laki, meskipun sudah menikah tanggung jawab terhadap orang tuanya tidaklah terputus.

3. Generasi berikutnya adalah generasi pada zamannya

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

QS. An-Nisa ayat 9,

Menurut Ustadz Didin Hafidudin:

  • Pertama, jangan sampai  meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya.
  • Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya.
  • Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak  yang lemah ilmunya.
  • Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya

Artinya kita jangan sampai lengah untuk meninggalkan generasi berikutnya yaitu anak-anak kita dan keturunannya dalam keadaan lemah. Mereka berhak mendapatkan Pendidikan yang terbaik, fasilitas terbaik, dan lain sebagainya.

Problems dan Solusi

1. Mindset Beribadah pada Allah SWT

Selalu niatkan apa yang kita lakukan, baik mencari rezeki, mengumpulkannya dan menggunakannya senantiasa hanya untuk ibadah kepada Allah.

2. Sadari bahwa ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA BESAR

Masa kita  takut miskin padahal kita adalah hamba dari Allah yang Maha Kaya.

3. Doa Minta Pertolongan Allah

Hal ini yang sering terlupa, kita dianggap mampu dengan usaha kita. Kalo udah mentok  baru minta tolong sama Allah. Padahal apapun yang akan kita lakukan ya karena pertolongan Allah, jadi berdoalah.

4. Sadar Diri tentang Kondisi Keuangan

Terkadang harga gengsi lebih mahal dibandingkan dengan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Sadar dengan apa yang kita punya dan kondisi saat ini itu penting.

5. Punya Goals Keuangan

Punya tujuan adalah satu cara untuk mengelola keuangan kita dengan baik. Kita tahu untuk apa keuangan kita nantinya sehingga mampu mengaturnya.

6. Berbagi Berbagi Berbagi

Berbagi ini merupakan mindset, jadi jangan pernah punya pikiran jika saya kaya maka saya akan berbagi. Karena sekaya apa pun jika tidak punya mindset berbagi, maka sulit melakukannya. Dan jangan niat kan ibadah untuk dunia,  misal kita memberi 10ribu dengan harapan akan dapat 100rb, ya balesan kita mungkin hanya akan sebatas itu saja. Tetapi serahkan semua pada Allah, niat kan dengan tulus dan ikhlas.

7. Kurang? Ya Tambah

Nah yang terakhir ini, jika sudah dilakukan untuk mengatur dan lain sebagainya tetap kurang, ya tambah. Bisa membuka usaha baru, menyediakan jasa, atau yang lainnya untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Tahap Wealth Muslim

Semua dalam kerangka Ketaatan pada Allah SWT dan Kebermanfaatan bagi Umat.

Cara Mengelola Keuangan

  • Mengetahui Pemasukan dan Pengeluaran baik bulanan maupun tahunan
  • Mengetahui Aset dan Utang
  • Punya Tujuan Keuangan

berikut sedikit sharing dari catatan yang saya miliki, mungkin selanjutnya akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya. Terima kasih

Loading

Leave a Reply