Berjamaah, Walau lelah Tetap “Lillah”

Layaknya lidi, yang tak ada gunanya jika hanya satuan saja. Tetapi, ketika diikat dan dikumpulkan menjadi satu, kotoran mana sih yang tak bisa disapu???

Begitulah hakikatnya berjamaah, bersatu untuk mendapat yang lebih besar dan lebih bermanfaat lagi. Berjamaah selalu lelah, selalu capek, itu yang mungkin sering saya keluhkan. Karena, apa yang kita pikirkan terkadang tak sejalan. Apa yang kita anggap bagus terkadang tak terpakai, dan apa yang kita kira salah tak bisa kita tolak.

Hakikat bersatu, berbeda dengan seragam. Bersatu itu beraneka ragam dan mampu menerima satu sama lain. Layaknya korek api yang dijejerkan, maka jika dibakar satu maka akan terjadi efek domino. Korek tersebut akan terbakar semua, kecuali ditengah api yang menjalar ada satu korek yang diambil untuk menghentikan jalannya api.

Ketika kita sepakat untuk bersatu, maka yang pertama adalah menurunkan ego. Mementingkan kebersamaan, dibandingkan dengan pendapat pribadi yang memunculkan permusuhan. Kadang kita lupa, merasa terbaik, merasa paling bijaksana, merasa paling pintar dan lain-lain.

Kalau kata ustadz Somad, jika kita tidak berbeda dalam beberapa hal, maka kita bisa bersatu pada hal-hal yang telah kita sepakati.

Bersatu itu mahal, apapun yang kita kumpulkan tak akan mampu membeli yang namanya persatuan, kata ustadz Felix

Maka dari itu ambil langkah kecil kita untuk mulai bersatu, saling peduli dengan sesama. Jadikan perbedaan yang kita punya sebagai penguat persatuan yang kita bangun. Mulai sebarkan senyuman dan sapaan kecil, yang bermakna “walau berbeda, kita tetap bersatu”

Kata ustadz Oemar Mita, Allah yang nyuruh kita untuk sholat, zakat, puasa dan Allah lah yng nyuruh kita bersatu. Kalau sholat, zakat, puasa kita mau, masa untuk bersatu ga mau?? (Ucapan ustadz Oemar lebih alus sih… hehe)

Loading

Leave a Reply